Pages

Subscribe:

Kamis, 26 April 2012

MAHABHAKTI


Sebuah agenda kepramukaan yang tidak pernah terlewati setiap tahunnya. Dan bahkan harus terjadi dan dilakukan oleh setiap siswa kelas x yang bersifat WAJIB. Seperti apa yang aku dan teman-temanku harus jalani. Kemah atau yang biasa kita sebut dengan MAHABHAKTI ini kita laksanakan pada 5 sampai 8 April disebuah tempat yang berlokasi di Klaten. Kami dibagi beberapa regu setiap kelasnya dengan jumlah siswa 6 sampai 9 orang.
Kami berangkat dari sekolah pada tanggal 5 sekitar pukul 9 pagi. Sebelumnya kami menitipkan barang-barang kami di panitia sehingga paginya dibawa bersama menggunakan truk menuju lokasi. Sesampainya dari perjalanan yang lumayan jauh ini ke lokasi BUPER atau bumi perkemahan, setiap dari kami diberi sejumlah perlengkapan membuat tenda seperti tali, patok, dan tongkat. Dan kami langsung bersama-sama mendirikan tenda.
Saya bersama teman-teman satu regu juga yang lain melaksanakan setiap dari kegiatan-kegiatan dengan semangat, seperti pelombaan-perlombaan. Dan yang paling berkesan menurutku adalah ketika diadakannya api unggun dan lomba fasionshow, dimana tema dari fasionshow itu adalah pernikahan sehingga salah satu dari kami harus menjadi seorang laki-laki dan itu adalah aku. Berdandan bak orang arab, menggunakan baju gamis putih, sorban diatas kepala, dan juga tak lupa kumisku yang tebal karya temanku Ifah . Aku bersama “pasangan pengantinku”Tifa, mulai berjalan mengelilingi api unggun dan sekian banyak teman-teman yang menonton. Perasaan malu pasti ada ,hehe tapi sedikit menghibur diri dan para penonton,tak apalah .
Perasaan lelah dan bahagia pasti ada dan bercampur aduk jadi satu. Kita seperti tinggal satu atap dengan teman-teman kita sendiri J. Lelah karna menjalankan aktivitas-aktivitas selama kurang lebih 4 hari 3 malah itu terkesan sangat amat. Tapi tetap ada kebahagiaan karna selalu mendapat pengalaman baru dari apa yang kita bersama peroleh dari acara ini. Dan terkadang suasana sejuk dan panas di bumi perkemahan serasa aku rindukan.

Minggu, 08 April 2012

apa aja :)

kalau cinta memang terkadang menyakitkan ..tapi akan ada hal yang membuat seseorang yakin, bahwa sesungguhnya cinta memiliki arti penting dalam kehidupan kita .
mencintai seseorang yang orang lain bahkan sahabatmu juga mencintainya .itu wajar, tetapi menjadi tidak wajar kala satu sama lain sudah adanya pertikain yang merebutkan nya :)

Minggu, 01 April 2012

aku with frinds :*




Museum Sangiran :)


SANGIRAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH YANG MENARIK DAN INOVATIF

Sebuah tempat yang menarik disambangi jika ingin memperoleh sesuatu yang berbeda adalah Museum Purbakala di Sangiran Jawa Tengah. Letaknya kurang lebih 10 km sebelah utara kota Surakarta dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Sragen. Sangiran dikenal sebagai salah satu  kawasan situs manusia purba penting di dunia. Bangunan museum Purbakala Sangiran terletak di Kecamatan Kalijambe, tak jauh dari area situs fosil purbakala. Situs itu dikenal dengan sebutan Situs Sangiran. Luasnya mencapai 56 km persegi, meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, Plupuh) dan satu kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar (Gondangrejo).
 Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia. Pada Desember 1996 situs Sangiran ini secara resmi diterima UNESCO sebagai salah satu dari Warisan Budaya Dunia dan dicatat dalam “World Heritage List” nomor 593 dengan nama “Sangiran Early Man Site”.
Menurut  buku Museum Purbakala Sangiran (2004) koleksi museum ini berjumlah kurang lebih  13.808 buah. Koleksi itu  berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu-batuan, sedimen tanah dan juga peralatan batu yang dulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran. Sampai saat ini sudah ditemukan 70 individu fosil Manusia Homo erectus di situs Sangiran. Sesuai catatan pada website Sragen.go.id;  jumlah fosil tersebut  merupakan 65 % dari seluruh fosil Homo erectus yang ditemukan di Indonesia atau sekitar 50 % dari populasi Homo erectus di seluruh dunia. Sebanyak 2.934 di antaranya disimpan di dalam ruang pameran museum Sangiran dan 10.875 buah lainnya disimpan di gudang penyimpanan museum. Sedangkan sejumlah fosil manusia lainnya disimpan di Museum Geologi Bandung dan laboratorium Palaeoanthropologi Yogyakarta. Jumlah koleksi museum ini akan bertambah karena setiap musim hujan; bumi Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkap temuan fosil lainnya dari dalam tanah.
Perjalanan berkendaraan roda empat dari kota Surakarta menuju lokasi menyusuri jalan disamping rel kereta api ke arah Purwadadi menyusuri jalan Kali Jambe; memang tak perlu lama, hampir satu jam. Jalan yang bergelombang membuat sedikit gangguan sehingga tak bisa meluncur mulus. Arah penunjuk ke lokasi yang ditulis di atas papan berwarna dasar coklat dengan tulisan warna putih membuat pengunjung bisa bablas ke arah Gemolong Purwodadi  jika mata yang kurang jeli melihat tanda-tanda. Dari pertigaan jalan menuju lokasi museum sejauh kurang lebih 6 km dapat ditempuh lebih cepat karena kualitas jalan jauh lebih bagus.
Pintu masuk ditandai dengan dua gading gajah besar yang melengkung. Kondisinya sangat asri, pepohonan di kanan kiri jalan masuk terpelihara baik.  Udara agak hangat walau angin berhembus agak kencang. Lepas dari pintu gerbang pengunjung langsung bisa melihat patung setengah badan  manusia purba Sangiran yang ditandai dengan tulang wajah dan rahang yang besar. Untuk memasuki museum ini pengunjung harus membayar tiket masuk Rp.1.500,- per orang disamping biaya parkir, Rp. 500,- untuk kendaraan roda dua dan Rp. 1000,- untuk mobil
Dengan sedikit berputar melalui jalan kecil  yang sedikit melengkung pengunjung memasuki ruang-ruang pamer dari koleksi-koleksi  yang dimiliki museum ini. Ruang pameran dibagi atas beberapa bagian yang masing-masing berisi berbagai fosil. Misalnya di ruang pameran utama terdapat Fosil Moluska klas Pelecipoda (kerang dengan dua cangkang) dan Klas Gastropoda (kerang bercangkang spiral), disamping ada diorama perkembangan sejak manusia purba hingga manusia masa kini. Di bagian lain pengunjung dibuat takjub dengan gading gajah purba yang pernah hidup antara 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu di daerah Cagar Budaya Sangiran antara lain jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Masih berdekatan dengan gading gajah itu terdapat tengkorak kepala kerbau, tulang paha gajah dan rahang bawah dan rahang atas Hippotamus atau yang kita kenal dengan Kuda Nil.

Copy tengkorak manusia purba dari berbagai situs prasejarah dunia  dipamerkan di sebuah sudut ruang pamer. Ada copy  tengkorak Australophitecus Africanus manusia yang diperkirakan hidup 2,5 juta tahun lalu;  juga copy tengkorak Phithecanthropus Modjokertensis, manusia yang hidup sekitar 1,9 juta tahun lalu. Berjalan menyusuri dan memperhatikan fosil dan diorama yang ada membuat pengunjung seakan berada di zaman dahulu. Suasana yang senyap dan ruang dipenuhi beberapa benda masa lalu serta diorama kehidupan manusia purba.  Timbul kesan yang terasa berbeda. Nuansa yang muncul bisa beragam. Pengunjung seakan dibawa larut ke masa lalu sehingga membantu memahami apa yang dilihatnya tetapi  bisa juga sebaliknya. “ Saya kok seram melihatnya ya”?   ujar  Anti, seorang murid kelas 5 sekolah swasta di Tangerang ketika menyusuri ruang pamer yang nampaknya sengaja dibuat temaram.    
Perlu ketenangan dan konsentrasi untuk memahami dan menelisik setiap benda di ruang pamer itu. “Sangat membantu memahami pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah” ujar Nugraha, siswa kelas 7 sebuah Sekolah Mengah Pertama di Tangerang yang sengaja datang  mengunjungi museum ini. Bentuk visual nyata memang mempermudah sesorang untuk mengingatkan bahan yang terurai di buku pelajaran.
Memahami evolusi manusia dari generasi ke generasi dan temuan fosil-fosil binatang dari zaman ke zaman dapat menjadi bahan pelajaran dan menambah wawasan mengenai kekayaan  yang dimiliki bangsa ini. Semua yang dipamerkan menjadi sumber ilmu dan pelajaran untuk mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu dan kaitannya dengan perkembangan antropologi, biologi dan budaya di masa datang.
Daerah tujuan wisata kini makin banyak dengan beragam obyek menarik.  Sebut saja mal sebagai  pusat perbelanjaan;  pantai dan  gunung yang berpanorama indah, rata-rata penuh dengan pengunjung khususnya di hari libur. Namun menjadikan museum sebagai obyek tujuan wisata masih memerlukan banyak usaha. Museum tentu sangat berbeda dengan tujuan wisata lain yang memberikan kesenangan dan keceriaan langsung pada pengunjung. Museum  masih dipandang sebagai tempat menyimpan barang-barang masa lalu; belum dilihat sebagai tempat memperoleh ilmu dan pengetahuan yang berguna di masa datang. Sentuhan tehnologi yang membuat pengunjung terutama anak-anak lebih tertarik sangat diperlukan. Tehnologi yang seakan gajah purba hidup, bergerak, bersuara akan membuat nuansa yang berbeda daripada hanya melihat replika atau gading gajah dalam etalase.  Sentuhan tehnologi untuk memberikan informasi yang menarik dan yang mampu memacu kreativitas dan imajinasi pengunjung nampaknya  sangat bermanfaat daripada  hanya menyajikan  tulisan-tulisan pendek di bawah pajangan fosil-fosil.
              Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam upayanya membangun bidang kebudayaan dan kepariwisataan yang berkelanjutan mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan pemantapan nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa. Termasuk dalam program tersebut adalah program-program yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan warisan budaya dunia dan nasional yang ada di Indonesia.
              Situs Sangiran telah dikenal dunia sebagai salah satu kawasan manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan penting. Kawasan ini dapat memberikan gambaran panjang tentang evolusi manusai satu juta tahun terakhir melalui evolusi Homo erectus. Selain Sangiran memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia, juga menggambarkan evolusi budaya, evolusi flora dan fauna serta evolusi lingkungan. Perhatian dunia terhadap kekayaan warisan budaya pada Situs Sangiran telah diwujudkan dengan ditetapkannya Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia (WorldCultural Heritage) oleh UNESCO tahun 1996 dengan nomor register 593. Dengan ditetapkannya Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia, maka kawasan situs ini perlu dikelola secara sistematis, terarah, dan berkesinambungan
              Situs Sangiran terletak di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Kawasan sangiran memiliki pengaturan zoning yang spesifik, sesuai dengan kandungan temuan yang ada didalamnya, pengaturan zonanya dibagi menjadi 3 zona, yaitu Zona I (Inti) dengan luas : 57,4032 Km², Zona Inti merupakan area situs yang perlu mendapat perlakuan perlindungan mutlak. Zona II (Penyanggaberjarak 100 m di luar batas zona inti, Berfungsi sebagai penyangga zona inti.  Zona III  (pengembangan terbatas ) Lahan yang dapat dikembangkan/ difungsikan untuk kegiatan pendukung pelestarian misalnya pendidikan dan pariwisata. Didominasi Formasi Pucangan, sehingga kondisi tanah di zona ini stabil.
              Pengelolaan Situs Sangiran saat ini dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, berada dibawah Direktorat Peninggalan Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Pengelolaan sebelumnya dibawah BP3 Jawa Tengah. Dalam rangka penyempurnaan pengelolaan warisan dunia tersebut, perlu adanya kajian yang terkait dengan pengelolaan warisan dunia Situs sangiran, dengan segala karakteristiknya.  Pembentukan Lembaga Pengelola Kawasan Warisan Dunia dan Nasional untuk Cagar Budaya yang ditetapkan Pengelolaannya Secara Terpadu khususnya Situs Sangiran dititikberatkan pada koordinasi antar pihak-pihak terkait seperti pemerintah, pemerintah daerah dan provinsi, serta masyarakat.

              Tujuan kegiatan Kajian Pembentukan Lembaga Pengelola Kawasan Warisan Dunia dan Nasional  Kompleks Situs Sangiran adalah  mengkaji aspek-aspek yang berkaitan dengan pembentukan organisasi pengelola   Kawasan Warisan Dunia dan Nasional  Situs sangiran. Sasaran dari kegiatan ini adalah teridentifikasinya Bentuk Lembaga Pengelola yang tepat untuk Kawasan Warisan Dunia dan Nasional  Situs sangiran dalam upaya pencapaian tujuan pelestarian cagar budaya secara utuh, terpadu, sinergis dan berkelanjutan.

              Ruang lingkup kegiatannya adalah (1) Kesekretariatan; (2) Consultative Meeting  (Rapat Konsultasi); (3) Focus Group Discussion (4) Comparative Study pada Lembaga Pengelola Situs-Situs Warisan Dunia; (5) Diskusi, brain storming, expert meeting (Eksternal);  (6) Sosialisasi Konsep Pengelolaan Terpadu Kawasan Warisan Budaya Dunia Situs sangiran; (7) Diskusi Rutin Pemantauan Pelaksanaan Kajian Pengelolaan Situs Sangiran; (8) Kajian Sosial Budaya Masyarakat Kawasan Situs Sangiran ; (9) Kajian Pengembangan Objek Wisata Alternatif Kawasan Situs Sangiran; (10) Kajian Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Situs Sangiran; (11) Kajian Manajemen Terpadu Kawasan Situs Sangiran; (12) Studi Kelayakan Lembaga Pengelola Kawasan Situs Sangiran Terpadu; (13) Kajian Potensi Ekosistem Kawasan Situs Sangiran

              Kegiatan ini dilandasi dengan metode studi literatur (desk study),  studi banding di Lembaga pengelola situs dunia, kunjungan survei lapangan pada wilayah studi yang telah ditetapkan,  pembahasan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, konsinyasi, diskusi (Forum Group Discussion/FGD) dengan melibatkan pakar/akademisi dan Pemerintah Daerah.  Kegiatan ini diharapkan dapat mewujudkan bentuk lembaga pengelola  kawasan warisan dunia dan nasional situs Sangiran.  Hasilnya  kajian pembentukan lembaga pengelola  kawasan warisan Dunia dan Nasional Situs Sangiran untuk memberikan arahan kebijakan dan strategi pelestarian yang tepat (beberapa Replika Fosil di Museum ini. 1) Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus (replika), Pithecanthropus mojokertensis (Pithecanthropus robustus) (replika), Homo soloensis (replika), Homo neanderthal Eropa (replika), Homo neanderthal Asia (replika), dan Homo sapiens. 2) Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinoceros sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba). 3) Fosil binatang laut dan air tawar, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Moluska (kelas Pelecypoda dan Gastropoda), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera. 4) Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatom. 5) Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak. Saat ini jumlah koleksi di Museum ini seluruhnya ± 13.808 buah. Koleksi ini pastinya akan selalu bertambah karena pada setiap musim hujan, daerah Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkapkan atau memperlihatkan temuan fosil yang ada didalam tanah.. Sampai saat ini, Situs Manusia Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu untuk diungkap. Sebanyak 50 individu fosil manusia Homo Erectus yang ditemukan. Jumlah ini mewakili 65% dari fosil Homo Erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50% dari populasi Homo Erectus di dunia (Widianto : 1995, 1). Keseluruhan fosil yang ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboraturium Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hasil tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko. Sedangakan menurut buku panduan “Museum Situs Sangiran” terdapat satu Ruang Pameran Utama, dan dua Ruang Pameran Tambahan. Pada Ruang Pamer Utama terdapat 15 vitrin dan tambahan diorama. Didalam 15 vitrin tersebut terdapat Fosil Moluska contohnya moluska kelas Pelecipoda atau biasa disebut kerang dengan dua cangkang: venericardia, arca, terlina, ostrea, amonia,dsb  dan moluska kelas Gastropoda atau biasa disebut kerang bercangkang spiral: orthaulax, olivia, turbo, eupleura, conus, dsb. Fosil Binatang Air misalnya fosil tengkorak buaya, fosil kura-kura, fosil rahang dan sirip belakang ikan, fosil gigi ikan Hiu, fosil ruas tulang belakang ikan dan fosil kepiting. Di Sangiran juga ditemukan fosil ikan Hiu, ini menunjukkan bahwa Kawasan Sangiran pernah digenangi air laut atau lautan luas. Kawasan ini kemudia berubah menjadi danau dan rawa-rawa dengan bukti temuan fosil buaya, kura-kura, dan kepiting. Fosil Kayu atau sisa-sisa batang pohon yang telah menjadi fosil. Pada vitrin ini museum memamerkan Fosil Batang Pohon dari Dukuh Jambi, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar yang ditemukan pada tahun 1955 dan dari Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen yag ditemukan pada tahun 1977. Kedua fosil ini berasal dari Formasi Pucangan. Fosil Kuda Nil(Hipopotamus Sp). Contoh fosil dari Kuda Nil yang ditemukan adalah bagian rahang bawah(Mandihula), rahang atas(Maxiila), tulang kering(Tibia), dan tulang kaki depan bagian atas(Humerus). Fosil Copy Tengkorak Manusia Purba dari berbagai situs prasejarah dunia yang secara berurutan menggambarkan bukti-bukti evolusi manusia purba, misalnya Australopithecus Africanus, Pithencathropus Modjokertensis,dll. Alat-Alat Batu. Manusia purba yang hidup di Sangiran menggunakan batu sebagai peralatan masak. Misalnya: kapak perimbas, kapak batu, gurdi,dsb.8 vitrin yang lain berisi tentang Batuan, Tengkorak Kerbau, Gajah Purba, Fosil Bovidae(Binatang bertanduk), Stegodon Trigonocephalus, Fosil Banteng, Fosil Rusa, Fosil Babi Harimau dan Badak, Fosil Rahang atas Elephas Namadicus, dan Fosil Rahang Gajah. Kelebihan dari kawasan Museum Purbakala Sangiran yaitu telah dilengkapi sarana dan prasarana kepariwisataan seperti Menara Pandang, Homestay, Audio Visual, Guide, Taman Bermain, Souvenir Shop dan Fasilitas Mini Car yang dapat digunakan pada wisatawan untuk berkeliling di Situs Sangiran. Museum Purbakala Sangiran dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi, bus pariwisata maupun angkutan umum. Museum ini merupakan museum dengan koleksi geologika yang termasuk juga fosil, selain batuan dan mineral. Koleksi bagian sejarah alamnya hampir lengkap dan beberapa bahkan hanya dapat ditemukan, katanya, di museum ini. Ada ratusan ribu batuan dan puluhan ribu fosil purba, sebagian dipajang dengan rapi dan informatif, Sehingga siswa juga dapat memahami dan serasa kembali dikehidupan masa lalu. Di bagian sejarah alam, seperti museum-museum sejarah alam umumnya, terdapat rentetan fosil dari pertama terbentuknya Bumi hingga masa modern. Gambaran evolusi kehidupan sangat akurat. Display di tata secara historis. Begitu kita masuk, kita akan diajak ke awal pembentukan Bumi, juga terdapat evolusi manusia. Koleksi fosil di daerah awal pembentukan Bumi juga cukup lengkap. Di bagian manusia purba, terdapat banyak sekali fosil asli Indonesia. Situs Sangiran antara lain merupakan salah satu pusat evolusi manusia purba di dunia, memberikan lebih dari 80 individu manusia purba takson Homo Erectus, menggambarkan evolusi faunal selama lebih dari dua juta tahun, menggambarkan evolusi budaya selama 1,2 juta tahun. Peran Situs Sangiran adalah sebagai salah satu pusat evolusi manusia dan peradaban yang terpenting di dunia, pusat kajian evolusi manusia purba Sangiran dan sekaligus sebagai rujukan situs-situs terbesar di Asia, destinasi wisata edukasi berkaitan dengan evolusi manusia, budaya dan lingkungan.
                        Sangiran cukup bagus dijadikan sebagai media pembelajaran karena sudah terdapat lcd dan penjelasan mengenai tata surya dan proses pembentukan bumi. Pengunjung juga dapat  membeli cideramata untuk oleh-oleh dan untuk proses belajar mengenai peninggalan yang terdapat di Sangiran. Misalnya kapak genggam, batu serpih, pisau, dan  sebagainya.  Namun demikian Sangiran juga memiliki beberapa kekurangan, sejak Sangiran ditetapkan sebagai situs warisan dunia tiga belas tahun lalu, pengelolaan Situs Sangiran itu kurang mengalami banyak kemajuan. Artinya, seluruh potensi yang ada belum dapat dinikmati secara maksimal baik untuk kepentingan ideologi, akademik maupun ekonomi. Bagi pemerintah, Situs Sangiran merupakan wilayah cagar budaya penghasil fosil yang keberadaannya sangat langka di dunia sehingga perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya. Tentu saja secara tidak langsung masalah ini menghambat proses pembelajaran bagi para siswa siswi. Selain itu, diorama yang diberikan kurang menarik perhatian pengunjung karena terlalu gelap dan kurang penerangan. Aksesbilitas dari setiap ruang pamer satu ke ruang pamer yang lain juga sangat sempit dan harus memutar. Ini menyebabkan pengunjung tidak langsung bergegas ke ruang pamer selanjutnya. Tulisan atau keterangan yang ada di setiap vitrin juga kurang besar sehingga jika rombongan kita tidak dapat mengetahui apa arti dan maksud dari gambar atau fosil yang dipamerkan. Ketika pengunjung sedikit, setiap pengunjung kemungkinan akan lebih lama melihat-lihat karena ruang geraknya lebih luas. Pengetahuan mereka juga akan lebih mendalam karena memeriksa hingga ke detail. Untuk itu, touchscreen perlu diaktifkan sehingga pengunjung dapat lebih jauh mendalami geologi dan sejarah alam. Dan kemungkinan juga pengunjung akan mempelajari lebih jauh lagi dengan membeli berbagai cenderamata. perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan) cagar budaya Situs Sangiran
              Kesimpulan dari apa yang saya peroleh dari data diatas adalah yaitu Sangiran telah layak menjadi salah satu media pembelajaran yang menarik dan inovatif bagi siswa yang akan berkunjung. Karena di situs Sangiran ini sudah ada berbagai macam media yang sangat mendukung. Toko Cinderamata juga akan membuat para pengunjung flash back pada masa lalu dengan cinderamata yang dibentuk serupa dengan fosil-fosil yang terdapat dalam museum. Cinderamata juga bisa sebagai kenang-kenangan atau buah tangan kepada teman atau keluarga

geguritan


TETANGISE ALAM

Alam ora bakal murka kanthi dadakan
Alam murka amarga tingkahe manungsa
Alam pengen urip tentrem lan kekancan
Nanging rakuse manungsa seng wuta ngganggu alam

Ojo nyalahake alam
Tapi manungsa seng serakah nalika diwenehi amanah